readbud.com membayar hanya untuk membaca dan memberi komentar

readbud - get paid to read and rate articles

Senin, 07 Februari 2011

Makanan yang bisa buat awet Muda

Kita tahu Banyak produk-produk kosmetik yang mengklaim/menjanjikan mampu melawan tanda-tanda penuaan. Padahal jika rajin mengkonsumsi tujuh makanan ini Anda bisa nampak cantik dan muda lebih lama. Betapa Banyak produk-produk kosmetik yang mengklaim mampu melawan tanda-tanda penuaan. Tapi semahal dan sehebat apapun krim yang Anda gunakan, hasilnya tidak akan maksimal jika tidak dibarengi dengan perawatan dari dalam. Jadi perawatan luar dalam sangatlah penting untuk Membuat Anda Awet Muda, cantik lama dan Wajah Berseri

Seperti dilansir dari Aolhealth, mengonsumsi tujuh makanan berikut ini akan membuat kulit Anda nampak cantik dan muda lebih lama. Silahkan dicoba ya....


Pertama, Mengkonsumsi Biji-bijian
Biji-bijian dan kacang-kacangan seperti almond, biji buah labu atau biji bunga matahari kaya akan vitamin E yang baik untuk kulit. Seperti diketahui, vitamin E adalah senjata ampuh melawan faktor-faktor yang akan menyebabkan penuaan dini seperti radikal bebas juga polusi. Kekurangan vitamin E menyebabkan tekstur kulit kasar, kering dan kusam.

Kedua, Minum Jus Acerola
Buah sejenis ceri ini mengandung vitamin C 3000 kali lebih banyak dari jus jeruk. Wanita yang rajin mengasup vitamin C akan memiliki kulit yang bercahaya dan minim kerutan, seperti dilaporkan The American Journal of Clinical Nutrition.

Ketiga, Kombinasi Semangka dan Tomat
Buah berwarna oranye dan merah seperti semangka dan tomat kaya akan beta-karoten dan lycopene, yang membantu meningkatkan perlindungan kulit terhadap pengaruh buruk sinar ultraviolet. Dalam sebuah penelitian di Perancis, kombinasi semangka dan tomat mampu meningkatkan ketahanan kulit terhadap faktor luar yang merusak hingga 20 persen.

Keempat, Kulit Mentimun
Kulit mentimun mengandung silika yang bermanfaat membuat kulit kenyal dan mencegah berkurangnya kolagen dari kulit, sehingga menunda timbulnya keriput lebih lama. Konsumsilah kulit mentimun minimal 5 miligram per hari, atau setara dengan kulit satu buah mentimun.

Kelima, Parutan Kulit Jeruk
Buah dari klan citrus seperti lemon, jeruk nipis, jeruk oranye dan grapefruit mengandung d-limonene, sejenis anti oksidan yang dipercaya mengurangi resiko kanker kulit. Menurut Iman Hakim, M.D. dari Fakultas Kesehatan Publik Universitas Arizona, mengonsumsi sedikitnya 1 sendok teh parutan kulit jeruk mengurangi risiko kanker kulit hingga 30 persen. Gunakan alat pemarut untuk mengikis kulit terluar jeruk (bukan bagian berwarna putih yang rasanya pahit), gunakan sebagai taburan untuk salad, smoothies atau jus.

Keenam, Brokoli
Sayuran hijau ini memiliki kandungan sulforaphane yang meningkatkan aktifitas pembentukan enzim yang bertugas melindungi sel kulit dari radias sinar ultraviolet. Brokoli juga dipercaya sebagai makanan pencegah kanker. Paul Talalay, M.D. dari Universitas John Hopkins menyarankan untuk mengkonsumsi brokoli yang dikukus setengah matang sebagai makan malam.

Itulah beberapa makanan yang sangat bermanfaat untuk kecantikan dan membuat awet muda. Bagi wanita yang ingin tetap tampil menawan dan awet maka silahkan mengkonsumsi hal di atas secara rutin. Semoga bermanfaat

Mimpi - 2

Satu dari masalah terbesar umat manusia yang belum terbongkar ialah misteri mimpi. Sejak dulu kala, manusia telah mencoba menganalisa dan mencoba pula untuk menerangkan mimpi di dalam istilah yang berhubungan dengan ramalan dan psikologi, namun walaupun saat ini telah banyak ukuran keberhasilannya, kita mungkin masih belum dapat secara tepat menjawab pertanyaan: ‘Apakah mimpi itu?’.
Seorang penyair Inggris, William Wordsworth memiliki sebuah konsep yang mengejutkan: bahwa kehidupan yang kita jalani ini semata-mata sebuah mimpi dan kita akan ‘sadar’ kepada kenyataan yang ‘nyata’ apabila kita mati, jika ‘mimpi’ kita berakhir…. Satu konsep yang mirip digambarkan dalam satu ceritera Buddhis kuno yang sangat menarik yang menceriterakan satu dewa yang sedang bermain-main bersama beberapa dewa lainnya. Dewa tersebut merasa lelah, kemudian berbaring tidur sebentar dan menghilang (meninggal). Ia terlahir di bumi sebagai seorang wanita. Ia menikah, mempunyai beberapa orang anak, dan hidup sampai usia tua. Setelah ia meninggal di bumi ini, ia kembali terlahir sebagai dewa di dalam kelompok para dewa yang baru saja selesai bermain-main tadi.
Apa yang dapat Buddha Dhamma katakan tentang mimpi? Buddha Dhamma membagi keterbukaan kepada mereka yang menganggap dirinya mahir dalam menafsirkan mimpi. Orang-orang tersebut memperoleh banyak uang memanfaatkan kebodohan pria dan wanita yang percaya bahwa setiap mimpi mempunyai arti ramalan atau arti spiritual.
Menurut psikologi Buddha Dhamma, mimpi merupakan proses pikiran yang terjadi sebagai aktivitas pikiran. Peristiwa mimpi erat hubungannya dengan peristiwa tidur, dan peristiwa tidur ini dapat dianggap terdiri dari lima tahap:
  • Tahap mengantuk
  • Tahap tidur ringan (tidur ayam)
  • Tahap tidur lelap (pulas)
  • Tahap tidur ringan (tidur ayam)
  • Tahap bangun tidur.
Arti dan penyebab mimpi merupakan bahan diskusi yang menarik di dalam buku
terkenal ‘Milinda Panha’ atau ‘Pertanyaan-pertanyaan Raja Milinda’. Bhikkhu Nagasena menjelaskan bahwa penyebab mimpi ada enam macam, tiga di antara yang pertama ialah angin, air empedu dan lendir/dahak. Yang keempat adalah campur tangan kekuatan gaib; yang kelima ialah bangkitnya pengalaman-pengalaman lampau, dan yang keenam adalah pengaruh peristiwa-peristiwa yang akan terjadi (akan datang). Dijelaskan pula bahwa mimpi hanya terjadi pada tahap ‘tidur ringan’, yang disebut sebagai ‘mirip tidurnya kera’. Di antara keenam penyebab yang diterangkan oleh Bhikkhu Nagasena, dengan nyata dijelaskan bahwa jenis mimpi yang terakhir merupakan mimpi yang mengandung ramalan dan paling penting, sedangkan yang lainnya relatif tidak berarti.
Mimpi adalah gejala yang diciptakan oleh pikiran dan mimpi merupakan kegiatan-kegiatan pikiran. Semua manusia bermimpi, walaupun beberapa di antaranya tidak ingat. Buddha Dhamma mengajarkan bahwa mimpi mempunyai arti psikologi. Enam sebab yang disebutkan di atas dapat di golongkan ke dalam empat cara sebagai berikut :
  1. Jenis Pertama. Setiap satu pemikiran yang muncul ikut terkesan di dalam pikiran bawah sadar dan beberapa di antaranya dengan kuat mempengaruhi pikiran, tergantung keinginan kita. Ketika kita sedang tidur, beberapa pemikiran ini terangsang dan muncul sebagai ‘gambar-gambar’ yang bergerak di hadapan kita. Hal ini terjadi karena selama tidur: kelima indria yang merupakan penghubung kontak kita dengan dunia luar, tertahan sementara. Lalu kesan bawah sadar bebas untuk menjadi dominant dan mengulangi pemikiran-pemikiran yang tertimbun. Mungkin jenis mimpi ini bermanfaat bagi para ahli penyakit jiwa, namun tak dapat digolongkan ke dalam mimpi yang mengandung ramalan. Mimpi-mimpi ini semata-mata cerminan pikiran pada saat kita sedang beristirahat.
  2. Jenis Kedua. Mimpi jenis ini disebabkan oleh gangguan luar (eksternal) dan gangguan dalam (internal) yang menimbulkan sebuah ‘rangkaian pemikiran yang dapat dilihat’, yang ‘dilihat’ oleh pikiran ketika kita sedang istirahat. Faktor-faktor internal adalah faktor yang menganggu tubuh (misalnya sebuah makanan berat yang menyebabkan seseorang tidak dapat tidur enak atau tak seimbang dan gesekan antara unsur-unsur pembentuk tubuh). Gangguan eksternal adalah terganggunya pikiran (walaupun orang yang tidur mungkin tidak menyadarinya) oleh gejala-gejala alamiah seperti cuaca, angin, rasa dingin, hujan, gemerisik dedaunan, bunyi berderaknya jendela. Pikiran bawah sadar bereaksi terhadap gangguan tersebut dan menciptakan gambar-gambar untuk ‘menghilangkan’ gangguan tersebut. Pikiran tampaknya menyesuaikan diri terhadap gangguan tersebut melalui suatu cara tertentu sehingga orang yang bermimpi (pemimpi) dapat meneruskan tidurnya dengan enak (tak terganggu). Juga… mimpi-mimpi jenis ini tidak penting dan tak perlu ditafsirkan.
  3. Jenis Ketiga. Mimpi yang penting adalah mimpi yang mengandung ramalan. Mimpi ini jarang di alami, dan terjadi apabila terdapat peristiwa mendatang yang sangat berkaitan dengan orang yang bermmpi. Buddha Dhamma mengajarkan bahwa di samping dunia nyata yang dapat kita alami , juga terdapat para dewa yang berdiam di alam lain, atau juga para hantu yang terikat pada bumi ini, kita tidak dapat melihatnya. Mereka mungkin saja kerabat atau sahabat-sahabat kita yang telah meninggal dunia dan telah dilahirkan kembali sebagai makhluk-makhluk tersebut. Mereka memelihara hubungan batinnya yang lampau dan melekat kepada kita. Apabila umat Buddha melimpahkan jasa kepada para dewa atau orang-orang yang telah meninggal dunia, ia ingat dan mengundang makhluk-makhluk tersebut untuk turut merasa gembira di dalam kebaikan atau jasa tersebut. Jadi ia menumbuhkan satu hubungan batin kepada mereka yang telah meninggal dunia. Sebagai akibatnya para dewa merasa gembira dan mereka tetap memperhatikan kita , mereka menunjukkan sesuatu melalui mimpi andaikata kita menghadapi suatu masalah besar dan mereka mencoba melindungi kita dari bahaya. Dengan demikian, apabila terdapat sesuatu yang penting yang akan terjadi dalam kehidupan kita, mereka menggerakkan energi batin tertentu ke dalam pikiran-pikiran kita, yang terlihat sebagai mimpi. Mimpi-mimpi ini dapat memperingatkan kita dari bahaya yang akan terjadi atau bahkan agar kita bersiap-siap menghadapi kabar baik yang sangat besar. Pesan ini diberikan dalam bentuk simbol (kebanyakan seperti film negatif) dan harus ditafsirkan dengan menggunakan kecerdasan (intelegensia). Sungguh patut disayangkan, bahwa kebanyakan orang salah anggapan terhadap dua jenis mimpi pertama dengan jenis mimpi ketiga ini, dan akhirnya memboroskan waktu dan uang, berkonsultasi kepada para penafsir mimpi dan para dukun palsu.
  4. Jenis Keempat. Pikiran kita merupakan gudang dari semua pengalaman yang tertumpuk semenjak masa lampau. Kadang-kadang apabila sebuah perbuatan akan masak, pikiran yang sedang istirahat selama tidur, dapat menciptakan ‘gambar’ apa yang akan terjadi. Yang lain lagi, perbuatan-perbuatan yang akan datang menjadi sangat penting dan akan terkesan dengan kuat, lalu pikiran ‘melepaskan’ tenaga ekstra dalam bentuk sebuah mimpi yang hidup. Cuma, mimpi ini munculnya jarang dan hanya pada orang tertentu yang batinnya terlatih. Simbol-simbol dari hasil pengalaman tertentu juga muncul dalam pikiran-pikiran kita pada saat-saat terakhir ketika kita akan meninggalkan dunia ini.
Mimpi dapat muncul apabila dua orang manusia mengirimkan pesan atau kabar satu sama lain melalui telepati batin yang kuat. Apabila seseorang mempunyai hasrat yang kuat untuk berkomunikasi dengan orang lain, ia berkonsentrasi dengan kuat kepada pesan dan kepada orang yang diharapkan untuk dihubungi. Pikiran yang sedang istirahat merupakan kondisi ideal untuk menerima pesan-pesan tersebut, yang dapat dilihat sebagai mimpi. Biasanya mimpi ini hanya muncul dengan kuat dalam satu saat dan pikiran manusia tidak cukup kuat untuk menahan kabar demikian di atas periode waktu yang panjang.

Mimpi

Istilah mimpi tentu menjadi tidak asing bagi kita. Pembahasan tentang mimpi telah berlangsung dari zaman ke zaman sejak adanya manusia. Freud menyatakan bahwa mimpi adalah sebuah saluran pengaman bagi emosi manusia, dimana emosi atau perasaan-perasaan yang ditekan selama terjaga dapat dikeluarkan secara sehat lewat mimpi. Mimpi yang oleh banyak peneliti disebut sebagai sleep mentation, mempunyai hubungan erat dengan emosi. Dikatakan bahwa kualitas mimpi dipengaruhi oleh keadaan emosi sebelum tidur. Seseorang yang sedang cemas, sering kali mengalami mimpi yang menyeramkan hingga mengganggu proses tidur (www.sleepclinicjakarta.tblog.com).

Mimpi disebabkan oleh proses biologis internal dalam tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sel otak besar pada bagian belakang otak secara periodik pecah dalam selang waktu sekitar 90 menit, dan mengirimkan rangsangan (stimuli) yang bersifat acak (random) ke bagian korteks (cortex) pada otak. Sebagai akibatnya, bagian memori, sensorik, kontrol saraf, dan kesadaran pada otak terstimulasi secara acak yang berdampak adanya rangsangan pada puncak bagian korteks pada otak. Menurut penelitian ini, proses diatas mengakibatkan kita mengalami apa yang kita sebut sebagai mimpi (www.medterms.com).

Aktivitas mimpi berhubungan pula dengan tahapan tidur seperti pada pembahasan diawal. Tahapan tidur REM (Rapid Eye Movement) merupakan tahapan tidur dengan disertai mimpi. Pendapat ini bisa dikatakan lebih ilmiah karena aktivitas tidur REM yang ditandai dengan gerakan mata cepat dapat diukur dengan alat tertentu. Alat ini dapat mengukur gelombang otak yang kemudian menggolongkan keadaan tidur berada dalam tahap yang mana.

Penelaahan tentang mimpi tidak terlepas dari pandangan-pandangan traditional menurut kepercayaan masyarakat tertentu. Sebagai contoh masyarakat jawa yang percaya bahwa mimpi adalah sebuah simbolisasi atau pertanda akan suatu kejadian. Beberapa orang bahkan sangat percaya pada mimpi dan menafsirkannya dan memaknai mimpi berdasarkan waktu terjadinya mimpi tersebut. Ada juga yang berada pada tahap ragu-ragu yaitu antara percaya dan tidak akan makna simbolisasi dalam mimpi. Dan ada juga yang menolak dengan tegas adanya penafsirkan mimpi atau pemberian makna sehingga menyatakan bahwa mimpi sebatas ”bunga tidur”. Proses mimpi juga berbeda-beda ada yang menyatakan mimpinya satu episode utuh, ada yang mimpinya berganti-ganti, ada yang masih dengan jelas mengingat mimpi pada waktu bangun dan ada pula yang tidak ingat apa-apa lagi tentang mimpinya. Demikian pula penjelasan tentang istilah mimpi pun masih belum bisa diterima secara global oleh semua orang.

Pembahasan tentang mimpi yang akan dikemukakan berasal dari empat orang responden yang bersedia untuk diwawancarai. Pembahasan mengarah pada aktivitas mimpi sehari-hari serta pendapat mereka tentang mimpi atau terjadinya mimpi. Responden pertama menyatakan jarang mengalami mimpi tetapi bila bermimpi biasanya satu episode penuh dan dapat mengingat mimpinya ketika bangun. Responden kedua mengaku mengalami mimpi yang berganti-ganti dan kadang satu episode tetapi tidak dapat mengingat pada waktu bangun. Responden ketiga sama halnya dengan responden pertama jarang mimpi dan mimpi dalam satu episode. Sedangkan responden keempat sering kali memaknai mimpi-mimpi yang dialami.

Pembahasan aktivitas mimpi responden pertama dan ketiga dimana responden jarang mengalami mimpi dan ketika bermimpi lebih sering satu episode yang kemudian dapat diingat ketika terbangun. Responden pertama mengatakan mimpi terjadi waktu dia harus bangun dalam artian pada waktu menjelang pagi. Responden ketiga tidak memberikan gambaran waktu kapan dia bermimpi. Salah satu responden mengaku maengalami mimpi ketika sedang dalam keadaan capek bekerja. Sedangkan responden satu lagi tidak dapat mendeteksi dalam keadaan apa dia bermimpi. Gambaran mimpi yang dialami biasanya berkisar dengan kejadian sehari-hari atau sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sama sekali. Kedua responden tadi menyatakan bahwa mimpi sebatas aktivitas mental yang tidak berarti, tetapi tidak dapat mengemukakan pendapat mereka tentang proses mimpi.

Responden kedua yang mengalami mimpi berganti-ganti dan intensitas sering. Menurut pendapat freud mimpi yang berganti-ganti menunjukkan kegelisahan akan suatu hal karena mimpi merupakan manifestasi alam bawah sadar. Akan tetapi responden kedua lebih setuju dengan pendapat bahwa mimpi merupakan aktivitas otak pada waktu tidur REM. Tahap tidur ini adalah tahap tidur paling awal sebelum delta dan alfa (tidur nyenyak). Kemungkinan responden kedua seringkali berada pada tahap tidur REM dimana belum mampu mengalami tidur alfa sehingga sering mengalami mimpi.

Responden selanjutnya bisa dikatakan unik daripada ketiga responden yang lain. Mimpi yang dialami seringkali dimaknai atau ditafsirkan sebagai simbol-simbol keadaan tertentu. Dia menggunakan pemaknaan mimpi secara tradisional dan membagi tahapan mimpi menjadi 3 menurut waktu terjadi dan kekuatan makna mimpi yang meningkat semakin pagi wakunya yaitu titiyoni (20.00-23.00), gandayoni (23.00-02.00), dan puspotajem (02.00- 04.00). Pemaknaan secara simbolisasi yang dikemukakannya tentu tidak secara global dipercaya oleh responden tersebut. Dia menyatakan bahwa mimpi memiliki kekuatan sugesti, itulah yang lebih penting. Ketika seseorang bermimpi dan mempercayai mimpinya, maka lingkungan akan mengarahkan.

Berdasar aktivitas-aktivitas mimpi tersebut, dapat dikatakan bahwa mimpi yang dialami oleh seseorang berbeda-beda dalam penampilannya. Ada yang bisa bermimpi secara utuh ada pula yang bermimpi secara berganti-ganti. Secara intensitas ada yang sering mengalami mimpi dapat dihubungkan dengan aktivitas tidur REM dan bagi mereka yang jarang mimpi dapat dikatakan sudah mampu mencapai tidur delta atau alfa (tidur nyenyak).

Sumber: http://luhmeategawati.blogspot.com/2009/01/all-about-mimpii.html

Fakta Mengenai Mimpi

Hahaha... waktu lagi browsing buat cari tugas Psikologi tentang mimpi eh nemu artikel ini. Cekitdot...
Banyak orang yang bilang bahwa mimpi adalah bunga tidur, sebuah proses yang dilalui saat seseorang terlelap dalam tidurnya. Mimpi juga menjadi bentuk proses komunikasi antara tubuh, pikiran, dan jiwa seseorang. Proses mimpi selalu berlangsung di alam bawah sadar seseorang.

Berikut adalah beberapa fakta menarik mengenai mimpi yang sudah diolah oleh PeePoop dari berbagai sumber.

1. Semua Orang Bermimpi
Semua orang faktanya bisa bermimpi (kecuali pada beberapa kasus penyakit jiwa parah. Walaupun terkadang lelaki dan perempuan mimpinya berbeda.

2. Orang Buta Juga Bermimpi
Hal ini meyakinkan bahwa semua orang dalam kondisi fisik apapun bisa bermimpi. Orang yang sudah terlahir buta bermimpi tentang suara, sentuhan, dan emosi yang mereka rasakan, tidak bermimpi secara konteks visual.

3. Mimpi Bisa Mencegah Gangguan Emosi
Para peneliti baru-baru ini menyimpulkan mimpi sangat ampuh untuk mencegah gangguan emosi. Hal itu dibuktikan ketika para peneliti tersebut melakukan percobaan dengan membangunkan seseorang pada awal tidurnya tetapu tetap diijinkan tidur 8 jam sehari, setelah 3 hari orang tersebut menjadi kehilangan konsentrasi, mudah marah, halusinasi dan tanda-tanda gangguan emosi lainnya.

4. Seseorang Pasti Lupa 90% Tentang Mimpinya
Sekitar 5 menit setelah seseorang terbangun, maka orang tersebut akan segera melupakan 50% dari mimpi yang dialami, dan 10 menit kemudia 90% jalan cerita dari mimpi yang dialami akan terlupakan.

Penulis puisi terkenal Samuel Taylor Coleridge pada suatu waktu terbangun setelah mendapatkan mimpi yg indah, dia lalu segera menuliskannya di kertas untuk menggambarkan mimpinya tadi, setelah menulis 54 baris tiba-tiba ada orang yang datang kerumahnya. Setelah urusan dengan orang itu selesai Samuel bermaksud menyelesaikan puisinya tadi, tapi dia tidak berhasil mengingat lagi mimpinya. Puisinya itu tidak pernah selesai. Puisi yg tidak pernah terselesaikan itu berjudul “Kubla Khan” dan menjadi salah satu puisi paling terkenal di Inggris.

Sedangkan kebalikannya, Robert Louis Stevenson ( penulis buku Doctor Jeckyll and Mr. Hyde ) dan Mary Shelley’s Frankenstein mendapatkan ide dari mimpi yg mereka alami.

5. Saat Bermimpi Tubuh Seseorang Akan 'Lumpuh'
Ada beberapa hormon yang dihasilkan saat seseorang tidur yang membuat saraf tubuh menjadi lumpuh atau tidak bisa bergerak selama mengalami suatu mimpi.

6. Rangsangan Eksternal Mempengaruhi Mimpi
Hal ini disebut "Dream Incorporation", saat seseorang bermimpi bahwa dirinya haus, dalam mimpi tersebut orang tersebut akan meminum sebotol air, tetapi beberapa menit kemudia orang tersebut merasakan haus yang sangat hebat lagi, dan saat orang tersebut terbangun, ia baru menyadari bahwa ia benar-benar kehausan.

7. Mimpi Hanya Tentang Apa Yang Diketahui Saja
Sepanjang hidup, seseorang sudah pernah melihat ratusan ribu wajah dan tempat, dan para ahli percaya bahwa memori otak kita punya kemampuan yang luar biasa untuk merekam itu semua. Seringkali saat seseorang sedang bermimpi berada di tempat yang asing dan bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal.

8. Mimpi Tidak Seperti Apa Yang Terlihat
Apa yang muncul atau terlihat dalam mimpi sebenarnya hanya simbolisasi dari hal lain. Mimpi juga bagaikan sebuah puisi dengan penggambaran simbolisasi yang sangat dalam.

Begitulah fakta ilmiah tentang mimpi. Dibawah ini adalah info tambahan mengenai mimpi :

1. Saat Mendengkur, Seseorang Tidak Sedang Bermimpi
2. Jika seseorang terbangun pada fase tidur mencapai tahap REM (Random Eye Movement), seringkali mimpi akan terasa lebih nyata dibanding saat kita bangun setelah tidur pulas semalaman.
3. Bayi tidak bermimpi mengenai dirinya sendiri sampai sekitar umur 3 tahun. Tapi sejak umur 3 sampai 8 tahun, bayi akan sering mengalami mimpi buruk yang jauh lebih sering dari orang dewasa. Hal tersebut adalah jawaban, mengapa anak kecil sering menangis setelah terbangun dari tidurnya.

Router - Tracing Your Packets

Few people will really care about the path that your packet takes when sending a message, but if you're one of those high tech egg heads then this article may be of great interest to you. It can become very addictive so proceed with caution.

If you're using a Microsoft Windows based operation system, then it's very easy to trace the route that your message has taken. Not only that, you can see exactly how many routers it took to get your message from point A to point B. You can do this by using a program that is on your computer called Traceroute. That is exactly what the program does. It traces the route a message takes to get to its final destination.

To run the program you have to go to a DOS prompt. After doing this, go to the C:\windows directory and type tracert followed by the URL of the Internet site you're connected to at the time. It will give you a rather technical spec sheet of every IP address it stopped at along the way until it got to its final destination.

The first number on the spec sheet tells you how many routers it went through to get to its final destination. Then each individual router listed on the page is numbered from 1 down to the last one which is actually the final destination. The next 3 numbers on each line for each router shows how long the packet took to get to that router. The next piece of information on each line is the actual name of the router the information went through. Yes, routers have names. This may be important to the users but is totally irrelevant to the router itself. Finally, the last piece of info on each line is the actual IP address of the router itself.

The amount of time it takes information to get from one router to another varies depending on how much traffic there is on that route at the time. Normally, it is no more than a couple of seconds. But occasionally, it can be longer. That is why sometimes you will be trying to access a web site and it seems to take forever. This can be for a number of reasons, but usually it is because along the way one of the routers is not working correctly and has to be bypassed. Sometimes the actual final location itself is down or having problems and the delay is the last router in the chain trying to connect to the network.

Traceroute is not limited to just checking the number of routers between you and an Internet site. You can use it to check the number of routers between you and any other computer on a network. As long as you know the IP address of the other computer you can trace the route of the packets between you and the other computer.

In our next instalment we're going to look at how routers handle denial of service attacks and other problems.

Make Your Leadership Your Life And Your Life Your Leadership by Brent Filson


PERMISSION TO REPUBLISH: This article may be republished in newsletters and on web sites provided attribution is provided to the author, and it appears with the included copyright, resource box and live web site link. Email notice of intent to publish is appreciated but not required: mail to: brent@actionleadership.com

Make Your Leadership Your Life And Your Life Your Leadership
by Brent Filson
Companies facing global competition are expecting more from all employees, more initiative, more innovation and more results.

Critical to meeting these expectations is leadership. The word "leadership" comes from a old Norse word meaning "to make go." Leadership is needed in organizations to make things go, to muster and coordinate direction, ardent commitment and resource alignment.

Working with thousands of leaders of all ranks and functions during the past 21 years, I've seen that most leaders deem leadership as exclusively an on-the-job dynamic. They don't see it as a life dynamic.

Companies seeking more from their employees must promote leadership that delivers more, and that leadership can only deliver more if it is effective both on and off the job.

If you don't make your leadership your life and your life your leadership, you diminish both your leadership and your life.

The reasons are simple. The best leaders establish a deep, human, emotional connection with the audience. Why is that necessary to achieve organizational results? Leadership isn't about getting people to do what they want to do. If people simply had to do what they wanted to do, leaders wouldn't be needed. Instead, leadership is about getting people to do what they don't want to do and be totally committed to doing it. These people have a good chance of achieving a lot more results, achieving those results faster, and achieving "more, faster" on a continual basis. One may tyrannically order people to get results, but the effectiveness of such leadership is not as consistent nor as substantial as having people make the free choice to get results. And people will make that free choice mainly in an environment in which deep, human, emotional relationships are developed.

Look at the leaders in your life. I'm sure you've been at the receiving end of both the tyrants and those with whom you've had deeply beneficial relationships with. Weren't you more likely to go all out for those leaders who promoted an environment in which those better relationships flourished?

Clearly, that's an environment one should seek to establish in one's life as well. The relationships you develop as a leader can be similar to the relationships you should develop in your life outside your job. In my many seminars on the Leadership Talk, I have seen people use my processes outside their job, with their spouses, friends, and children, etc.
There are many values that should be promoted in our lives: trust, honesty, integrity, coming through on commitments, fairness, tenacity, tolerance, and more. Let's "trust" as one example.

I believe we should live a life of trusting others. I call it "living in trust." Of course, trust can be taken too far, and we may open ourselves up to be deceived and betrayed. My wife says I often trust others too much; and certainly I have paid in many ways over my life for such a propensity. But though we may be deceived if we trust too much, we will nevertheless suffer more if we don't trust enough.

Living in trust means extending trust without conditions until that trust is clearly betrayed. And then, depending on the circumstances, we may continue to extend trust even if it is betrayed. For when it is betrayed, we may not necessarily be the poorer for it. We may indeed be the richer; for without trust, we cannot establish deep relationships.

My view of trust in life can be extended to leadership. Leadership is about getting continual increases in great results. To do that, leaders must engender trust in the people they lead. In fact, great results can't accrue without strong bonds of trust established between the leader and the people.

I've often said that it is better for a leader to buy the Brooklyn Bridge for a nickel rather than to sell it for one. People will not be led by you to do extraordinary things unless they trust you; but they won't trust you unless they know you are taking the risk to trust them. In fact, many organizations get into trouble when the people don't trust or stop trusting their leaders, and when their leaders stop trusting them.

So, trust operates both in our lives and on our jobs as leaders and must be cultivated both on and off the job.

There are many other values that should be manifested in both the life one leads and the leadership one manifests. The point is that when you make sure the leadership traits you carry out on the job are the very traits you live by in your life, you enhance the quality of your leadership and your life.